Verrell Bramasta Dengarkan Jeritan Hati Atlet Saatnya Negara Tidak Tinggal Diam
Barabai – Verrell Bramasta, membuka pintu bagi 15 atlet berprestasi—baik peraih medali SEA Games maupun atlet disabilitas dari NPCI Kabupaten Bekasi—untuk menyampaikan unek-unek yang selama ini terbungkam.
Audiensi itu bukan sekadar formalitas. Bagi para atlet, ini adalah perjuangan baru. Kali ini bukan melawan lawan di arena pertandingan, melainkan melawan sistem yang tak memberi kejelasan. Para atlet disabilitas dengan suara bergetar menyuarakan ketidakadilan yang mereka alami: gaji yang tak kunjung dibayar, uang makan yang macet selama berbulan-bulan, hingga pemecatan sepihak yang ironisnya terjadi justru setelah mereka mencoba memperjuangkan hak mereka lewat jalur resmi.
Sebanyak 22 atlet disabilitas bahkan merasa cukup tertekan hingga mengajukan permintaan perlindungan ke Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Mereka datang bukan untuk mengemis simpati, melainkan menuntut apa yang telah seharusnya menjadi hak mereka sebagai warga negara yang mengharumkan nama bangsa.
Baca Juga : Kerak Telor di PRJ 2025 Penurunan Omzet dan Biaya Sewa yang Tak Seimbang
Tak jauh berbeda, para atlet peraih medali SEA Games dari tahun 2019 hingga 2023 pun menyuarakan rasa kecewa mereka. Janji manis untuk diangkat menjadi ASN ternyata tinggal angin lalu. Ketika sorotan media dan publik mulai bergeser ke bintang baru, mereka merasa prestasi mereka dilupakan, seakan-akan perjuangan mereka sudah kedaluwarsa.
Verrell Bramasta, dalam tanggapannya, menyatakan bahwa dirinya tidak akan tinggal diam. Ia berkomitmen untuk membawa seluruh aspirasi ini ke forum Rapat Kerja bersama Menpora. Dalam pernyataannya yang menyentuh, ia berkata, “Kalau mereka bisa berdiri di podium membawa nama Indonesia, maka sudah seharusnya kita berdiri bersama mereka saat haknya dipertanyakan.”
Lebih dari itu, Verrell mengingatkan bahwa para atlet—baik yang disabilitas maupun tidak—adalah cerminan kekuatan dan harga diri bangsa. Negara tidak boleh pilih kasih, dan kebijakan keolahragaan tidak boleh semata-mata hanya fokus pada cabang-cabang unggulan dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Perhatian juga harus diberikan kepada cabang non-DBON yang terbukti menyumbang prestasi.
Pertemuan ini ditutup dengan harapan besar: agar pemerintah dan DPR tak hanya mendengar, tapi benar-benar bertindak. Ini bukan sekadar soal atlet, tapi soal keadilan, penghargaan, dan rasa kemanusiaan. Karena di balik setiap medali emas, ada peluh dan luka yang tak terlihat—yang menanti untuk disembuhkan, bukan diabaikan.